A.
Pengertian Stress
Menurut Sopiah (2008:85) stres merupakan suatu respons
adoptif terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam
kesehatan seseorang.
Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stres
sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan
padanya. Stress adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa
disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial,
yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol.
Stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya
ketidaksesuaian antara situasi yang
diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu
tersebut (Sarafino 2006).
Agolla dan Ongori (2009) juga mendifinisikan stres sebagai
persepsi dari kesenjangan antara tuntutan lingkungan dan kemampuan individu
untuk memenuhinya.
Menurut Santrock (2003) stres merupakan respon individu
terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam dan
mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping).
Menurut Morgan dan King : “…as
an internal state which can be caused by physical demands on the body (disease
conditions, exercise, extremes of temperature, and the like) or by
environmental and social situations which are evaluated as potentially harmful,
uncontrollable, or exceeding our resources for coping” (Morgan & King,
1986: 321).
Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis
individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internal dan
eksternal.
B.
Jenis Stress
1.
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis
stres menjadi dua, yaitu:
a)
Eustress,
yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu
dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,
kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
b)
Distress,
yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan
juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang
diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
2.
Dua jenis stres menurut Holahan (1981) yaitu:
a)
Systemic
stres yang didefinisikan oleh Selye (dalam Holahan, 1981) sebagai respon
non fisik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan. Selye
mengidentifikasikan 3 tahap respon sistemik tubuh terhadap kondisi-kondisi
penuh stres, yang diistilahkan General
Adaption Syndrome (GAS). Tahap pertama adalah alarm reaction. Tahap ini
bisa diartikan sebagai pertahanan tubuh, tahap kedua adalah resistance atau
adaptasi dan tahap ketiga adalah exhaustion atau kelelahan.
b)
Psychological
stress.
C.
Aspek Stress
1. Stimulus
Keadaan/situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam
atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor.
Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stressor menjadi
tiga :
a.
Keadaan kronis, contoh hidup dalam keadaan
suasana yang bising
b.
Peristiwa hidup yang penting, contoh :
kehilangan seseorang yang disayangi.
c.
Peristiwa katastropik, contoh : gempa bumi
2. Respon
Respon adalah reaksi seseorang terhadap stresor.
Terdapat dua komponen yang saling berhubungan, komponen Fisiologis dan komponen
Psikologis. Dimana kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.
a.
Komponen Fisiologis, misalnya detak jantung,
sakit perut, keringat.
b.
Komponen psikologis, misalnya pola berfikir dan
emosi
3. Proses
Stress sebagai suatu proses terdiri dari stresor dan
strain ditambah dengan satu dimensi yang peting yaitu hubungan antara manusia
dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang
kontinyu yang disebut juga dengan istilah transaksi antara manusia dengan
lingkungan, yang didalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang
lain merasakannya.
D.
Penyebab Stress
Stres dapat terjadi karena: (1) fisik-biologik, penyakit
sulit disembuhkan, cacat fisik, merasa penampilan kurang menarik; (2)
psikologik, negatif thinking , sikap permusuhan, iri hati, dendan dan
sejenisnya; (3) sosial: (a ) kehidupan keluarga yang tidak harmonis; (b) faktor
pekerjaan; (c) iklim lingkungan.
Penyebab Stres yang bukan bersumber dari pekerjaan: (1) Ttime
based confict, konflik terjadi karena menyeimbangkan tuntutan waktuantara
pekerjaan dengan tugas rumah tangga, misalnya wanita yang berperan ganda; (2)
Strain based conflict, terjadi ketika stres dari sumber meluap melebihi
kemampuan yang dimiliki orang tersebut, misalnya kematian suami atau isteri;
(3) Role behavior conflict, tiap karyawan memiliki peran dalam pekerjaan, Ia
juga dituntut lingkungan yang ada kalanya bertentangan dengan tuntutan
pekerjaan; (4) Stres karena adanya perbedaan individu.
Luthans (1992) menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor)
terdiri atas empat hal utama, yakni:
1.
Extra organizational stressors, yang
terdiri dari perubahan sosial/teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi
dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitas/tempat tinggal.
2.
Organizational stressors, yang
terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam
organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.
3.
Group stressors, yang terdiri dari
kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial, serta adanya
konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup.
4.
Individual stressors, yang terdiri
dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti
pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learned helplessness, self-efficacy,
dan daya tahan psikologis.
Terdapat 4 penyebab stres (stresor) menurut Lazarus dan Cohen
(dalam Evans, 1982) serta Evans dan Cohen (dalam Veitch & Arkkelin) :
1.
Fenomena
catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas dan
kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir dsb.
2.
Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian
atau coping seperti pada fenomena
catalismic, meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit sepeti
respon terhadap penyakit atau kematian serta ketika seseorang kena PHK.
3.
Daily
hassles, masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari yang
menyangkut ketidakpuasan kerja atau masalah-masalah lingkungan seperti
kesesakkan atau kebisingan.
4.
Ambient
Stresor, yang terdiri dari kondisi-kondisi yang dilatarbelakangi oleh
lingkungan seperti kemiskinan, konflik keluarga.
E.
Reaksi Fisik – Psikologis
1.
Reaksi fisik : sakit kepala, sakit lambung,
darah tinggi, sakit jantung (jantung berdebar-debar), mudah lelah, kurang
selera makan, sering buang air kecil, keluar keringat dingin, sulit tidur
(insomnia).
Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap
2 respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan
General Adaptation Syndrome (GAS).
a. Local Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap
stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka,
akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
1)
respon yang terjadi hanya setempat dan tidak
melibatkan semua system
2)
respon bersifat adaptif; diperlukan stressor
untuk menstimulasikannya.
3)
respon bersifat jangka pendek dan tidak terus
menerus.
4)
respon bersifat restorative.
Respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita
sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah ini :
1)
Respon inflamasi
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi.
Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga
penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung
cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase:
·
Fase pertama : adanya perubahan sel dan system
sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara
bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam
memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan yang
lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
·
Fase kedua : pelepasan eksudat. Eksudat adalah
kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan
ditempat cedera.
·
Fase ketiga : Regenerasi jaringan dan
terbentuknya jaringan parut.
2)
Respon refleks nyeri
Respon ini merupakan respon adaptif yang
bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki
ketika bersentuhan dengan benda tajam.
b. General Adaptation Syndrom (GAS)
Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh
terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan
sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem
Neuroendokrin. Ada 3 fase GAS yaitu :
1)
Fase Alarm
( Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh
dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan
reaksi fisiologis. Tanda fisik seperti denyut jantung meningkat, peredaran
darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan
ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut
nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun
Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan
dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan
akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk
meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk
keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan
denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan
ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu
untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa
berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu
akan masuk ke dalam fase resistensi.
2)
Fase
Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme
penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh
berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan
tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi à gejala
stress menurun àtau normal tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut
jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi
terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang
rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari
GAS yaitu, fase kehabisan tenaga.
3)
Fase
Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat
tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala
penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental,
penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan,
maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis,
akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk
mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian
individu tersbut.
2.
Reaksi psikologis : gelisah, cemas, tidak dapat
berkonsentrasi dalam pekejaan atau belajar, sikap pesimis, hilang rasa humor,
malas, sikap apatis, sering melamun, sering marah-marah bersikap agresif baik
secara verbal seperti berkata-kata kasar, suka menghina, mupun non verbal
seperti menendang-nendang, menempeleng, membanting pintu atau memecahkan
barang-barang.
a.
Kecemasan
Respon yang paling umum merupakan tanda bahaya yang
menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan
adalah emosi yang tidak menyenangkan istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,”
“takut”fisik antung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan
darah tinggi dan susah tidur.
b.
Kemarahan dan agresi
Yakni perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman. Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi
stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan yang
meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak
wajar. Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha
membunuh orang.
c.
Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan
semangat. Terkadang disertai rasa sedih.
F. Klasifikasi Stress
1.
Stres Akut (Acute
Stress) merupakan reaksi terhadap ancaman yang segera, umunya dikenal
dengan respon atas pertengkaran atau penerbangan (fight or flight). Suatu
ancaman dapat terjadi pada situasi apa pun yang pernah dialami bahkan secara
tidak disadari atau salah dianggap sebagai suatu bahaya. Penyebab-penyebab
stres akut antara lain:
·
Kebisingan
·
Keramaian
·
Pengasingan
·
Lapar
·
Bahaya
·
Infeksi
·
Bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu
peristiwa berbahaya (mengerikan).
Pada banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah
dilalui, suatu respon menjadi tidak aktif dan tingkat-tingkat hormon stres
kembali normal, suatu kondisi yang disebut respon relaksasi (relaxation
response).
2.
Stres Kronis (Chronic Stress). Kehidupan modern menciptakan situasi stres
berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-penyebab umum stres kronis
antara lain:
·
Kerja dengan tekanan tinggi yang terus menerus
·
Problem-problem hubungan jangka panjang
·
Kesepian
·
Kekhawatiran finansial yang terus-menerus.
G. Mengelola Stress
1.
Coping
Mengelola stres disebut dengan istilah coping. Menurut R.S.
Lazarus coping adalah proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang
diduga sebagai beban karena di luar kemampuan individu. Coping terdiri atas
upaya-upaya yang berorientasi kegiatan dan intrapsikis (seperti menuntaskan,
tabah, mengurangi atau meminimalkan) tuntutan internal dan eksternal. Adapun
menurut Weiten dan Lloyd (dalam Syamyu Yusuf, 2009: 128) coping merupakan upaya-upya untuk mengatasi,
mengurangi atau mentoleransi beban perasaan yang tercipta karena stres.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi coping:
a.
Dukungan sosial. Dukungan sosial dapat diartikan
sebagai “bantuan dari orang lain yang memiliki kedekatan (orang tua,
suami/isteri, saudara atau teman) terhadap seseorang yang mengalami stres.
Dukungan sosial memiliki empat fungsi: (a) sebagai emotional support, meliputi
pemberian curahan kasih sayang, perhatian dan kepedulian; (b) sebagai appraisal
support, meliputi bantuan orang lain untuk menilai dan mengembangkan kesadaran
akan masalah yang dihadapi, termasuk usaha-usaha mengklarifikasi dan memberikan
umpan balik tentang hikmah di balik masalah tersebut; (c) sebagai informational
support, meliputi nasehat/pengarahan dan diskusi tentang bagaimana mengatasi
atau memecahkan masalah; (d) sebagai instrumental support, meliputi bantuan
material, seperti memberikan tempat tinggal, meminjamkan uang dan menyertai
kunjungan ke biro layanan sosial.
b.
Kepribadian. Kepribadian seseorang cukup besar
pengaruhnya terhadap coping atau usaha-usaha dalam menghadapi atau mengelola
stres. Adapun tipe-tipe kepribadian yang berpengaruh terhadap coping adalah
sebagai berikut: (1) Hardiness (ketabahan, daya tahan) yaitu tipe kepribadian
yang ditandai dengan sikap komitmen, internal locus control dan kesadaran akan
tantangan (challenge); (2) Optimisme, yaitu kecenderungan umum untuk
mengharapkan hasil-hasil yang baik atau sesuai harapan; (3) Humoris
2.
Selalu Berfikir Positif (Positive Thinking)
Seseorang yang mengalami stres perlu kita berikan bantuan
agar mereka terhindar dari persaan tersebut, dengan selalu berpikir positif
(positive thinking).
Menurut
Al-Faqi (2009) ada tujuh prinsip dasar berpikir positif, yaitu:
a.
Problematika hanya ada di dalam persepsi.
Realitas tak lain hanyalah apa yang ada dalam persepsi Anda. Kalau Anda ingin
merubah realitas hidup Anda, mulailah dengan merubah persepsi Anda.
b.
Jangan biarkan masalah tetap berada di tempat
yang Anda temui. Yang terpenting bukan apa yang terjadi pada Anda, tetapi pada
apa yang akan Anda lakukan karena apa yang terjadi pada Anda (Robert Schuer).
c.
Jangan jadi masalah pisahkan Anda dengan masalah.
Tidak ada masalah yang akal manusia tidak bisa menemukan jalan keluarnya
(Polter).
d.
Belajar dari masa lalu, hidup masa sekarang,
tentukan target masa depan. Masa lalu hanya kenangan dan masa depan tak lain
hanyalah perkiraan maka masa lalu Anda akan menjadi kenangan indah dan masa
depan Anda menjadi perkiraan penuh harapan.
e.
Selalu ada nilai spiritual dalam setiap
problematika hidup. “Siapa yang bertaqwa kepada Allah akan diberi jalan keluar
dan akan diberi rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka” (QS. At-Thalaq:
4).
f.
Perubahan pikiran dengan berbagai alternatif
akan merubah realitas dan pikiran yang akan memunculkan realitas baru pula.
g.
Tuhan tidak menutup satu pintu kecuali
membukakan pintu yang lain yang lebih baik. Terkadang Tuhan menutup suatu pintu
dihadapan kita untuk membuka pintu lain yang lebih baik. Akan tetapi kebanyakan
orang hanya memusatkan perhatiannya pada pintu yang tertutup itu tanpa mau
melirik pintu penuh harapan yang telah terbuka di sisi lain hidupNya.
h.
Strategi berpikir positif. Pemikir adalah orang
yang membuat pikiran dan pikiran menyebabkan tindakan berpikir. Berpikir
menjadikan konsentrasi, konsentrasi menimbulkan perasaan, perasaan menyebabkan
perilaku, perilaku menimbulkan hasil, dan hasil menentukan realitas hidup. Bila
Anda ingin hidup Anda benar-benar berubah, rubahlah realitas Anda sebagai pemikir.
i.
Strategi keteladanan. “Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu (QS. Al-Ahzab:
21).
j.
Strategi berkaca pada orang lain. Kita tidak
melihat sesuatu sebagaimana adanya Ia. Kita melihat sebagaimana yang kita
pahami tentangnya (Socrates).
k.
Strategi merubah konsentrasi dan fokus. Semua
orang besar akan tetap menjadi orang besar. Setiap orang sukses pun akan selalu
menjadi orang sukses, yaitu orang yang selalu mengerahkan perhatian dan
kemampuannya untuk target positif dan pasti (Model).
l.
Strategi pasang surut. Setiap hari berbuatlah
untuk menurunkan porsi apa yang tidak Anda inginkan dan menaikkan porsi apa
yang Anda inginkan. Lakukan terus sampai apa yang tidak Anda inginkan hilang
dari hidup Anda dan yang tertinggal hanya apa yang ingin Anda dapatkan dalam
hidup. Pikiran negatif diperkecil dan pikiran positif diperbesar/diperluas.
3.
Tersenyum
Senyum yang terlihat sederhana akan mampu menciptakan
kekuatan (power). Senyuman yang kadang dianggap sebagian orang merupakan hal
yang tidak penting dan sangat sepele, namun tanpa kita sadari mampu memunculkan
sesuatu yang luar biasa. Senyum merupakan ekspresi wajah yang terjadi akibat
bergeraknya atau timbulnya suatu gerakan di bibir atau kedua ujungnya atau pula
di sekitar mata.
Kebanyakan orang tersenyum untuk menampilkan rasa bahagia dan
senang. Apabila seseorang tersenyum, maka wajahnya akan kelihatan lebih
menarik, menyenangkan dan nyaman untuk dipandang, daripada ketika Ia sedang
dalam kondisi biasa atau bahkan ketika sedang marah. Senyum juga merupakan
simbul perdamaian dan persahabatan (Thobrani, 2010).
Dalam ajaran Islam memberi senyuman kepada orang lain
bernialai ibadah, karena tersenyum kepada orang lain sama dengan bersedekah,
tentu saja senyum yang tulus. Suatu saat ketika Anda tidak tahu harus berbuat
apa ? atau memberi apa kepada orang lain, Anda masih punya senyuman, maka
tersenyumlah. Yakinlah bahwa setiap senyuman membawa manfaat. Senyum membuat
pikiran lebih jernih, segar dan terhindar dari stres.
4.
Relaksasi, yaitu upaya pengurangan ketegangan:
(1) relaksasi ketegangan otot; (2) relaksasi kesadaran indera; (3) melalui yoga, meditasi,
transendensi/relegius.
Source :
Comments
Post a Comment